The Origins of Tempura: A Historical Perspective

The history of tempura in Japan is a captivating narrative that dates back to the 16th century. The dish was introduced by Portuguese missionaries and traders during their expeditions to the archipelago. Initially, tempura included various types of fish and vegetables that were coated in a simple batter and deep-fried in oil, a method brought from Europe. As tempura established its presence in Japan, it gradually began to intertwine with indigenous culinary traditions and available local ingredients.

This culinary fusion facilitated the development of a unique Japanese iteration of the dish, marked not only by a distinctive batter but also by the incorporation of seasonal vegetables and seafood. Over time, tempura evolved from a foreign novelty into a beloved staple of Japanese cuisine. The simplicity and versatility of tempura allowed it to become a favored choice among locals, leading to the emergence of specialized tempura restaurants. These establishments often showcase fresh, locally sourced ingredients, enhancing the dish's quality and flavor.

Crispy Perfection: Exploring Tempura in Japan

Explore the rich history of tempura, a beloved Japanese dish that originated in the 16th century. Learn about its evolution from Portuguese influences to a cherished staple in Japan, with unique regional variations and innovative modern trends. Discover essential cooking techniques, ingredient choices, and notable tempura restaurants throughout Japan. Delve into the artistry behind this culinary delight, highlighting its transformation in contemporary cuisine and the exciting fusion of flavors that tempura represents today.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media mengumumkan nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2024 yang sekaligus menjadi bukti kestabilan industri film Indonesia.

 

"Jumlah karya yang mendaftarkan diri untuk Festival Film Indonesia tahun ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini membuktikan antusiasme besar dari para pembuat film dan kritikus, serta menunjukkan stabilnya produksi film Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 61 persen," ujar Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

 

Nominasi diumumkan di Museum Vredeburg, DI Yogyakarta secara resmi oleh Komite FFI 2024 hari ini, di mana pembacaan nominasi 22 kategori penghargaan Piala Citra FFI dan Karya Kritik Film dilakukan secara bergantian oleh Duta FFI 2024 yaitu Dian Sastrowardoyo, Kamila Andini, Lutesha, dan Bryan Domani, serta Ketua Komite FFI 2024-2026 Ario Bayu.

 

Budi menegaskan, sistem penjurian FFI 2024 mengusung semangat partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak yang aktif dalam ekosistem perfilman Indonesia.

 

"Sistem penjurian FFI mengusung semangat partisipatif melibatkan penilaian berbagai pihak dalam ekosistem perfilman Indonesia, para asosiasi profesi perfilman, anggota akademi citra, juri nominasi, serta dewan juri akhir yang nanti akan menentukan peraih penghargaan piala citra. Selamat kepada seluruh nominasi atas dedikasi dan kontribusinya," katanya.

 

Baca juga: Film "Cinta Tak Seindah Drama Korea" rilis trailer dan poster terbaru


Baca juga: Pemeran "Anak Kolong" berharap pemerintah majukan industri kreatif

 

Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan bahwa penyelenggaraan FFI merupakan salah satu upaya dalam pemajuan kebudayaan nasional, khususnya di sektor perfilman.

 

“Sejak tahun 2021 kita secara konsisten menyelenggarakan FFI sebagai upaya dalam memajukan ekosistem perfilman nasional. Ini adalah hasil dari kolaborasi yang patut kita lanjutkan,” ucapnya.

 

Sedangkan Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengemukakan, salah satu kekuatan ekosistem perfilman Indonesia yakni keberagaman film yang dihasilkan oleh para sineas lokal.

 

“Saya ingin mengucapkan selamat kepada para nama-nama yang masuk ke dalam nominasi FFI 2024. Kini film-film Indonesia makin beragam dan menjadi salah satu faktor capaian membanggakan ekosistem perfilman Indonesia beberapa tahun ke belakang, dan saya optimis melalui gelaran FFI ini akan semakin menguatkan perfilman nasional,” tuturnya.

 

Baca juga: Pemerintah sebut sulih suara dan penerjemah berpeluang dikembangkan


Baca juga: Pemeran "Anak Kolong" berbagi cerita syuting penuh tawa dan drama

 

Proses seleksi dan penjurian dilakukan secara daring melalui laman Ruang Penayangan FFI yang diakses dari website maupun aplikasi, bekerja sama dengan Bioskop Online.

 

Sedangkan penjurian tahap nominasi kategori film non-cerita panjang yakni cerita pendek, dokumenter pendek, dokumenter panjang, animasi pendek, dan animasi panjang, serta kategori karya kritik film dikelola oleh asosiasi profesi terkait, yaitu Coordination for Film Festival in Indonesia (COFFIE), Asosiasi Dokumenteris Indonesia (ADN), Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), dan Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (KAFEIN).

 

Seluruh proses penjurian dilakukan oleh para juri yang terpilih serta diawasi oleh komite penjurian dan akuntan publik.

Pengumuman daftar nominasi FFI 2024 dapat disimak pada kanal Festival Film Indonesia. Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia 2024 akan diadakan pada 20 November 2024 dan disiarkan langsung secara daring melalui akun YouTube Festival Film Indonesia Kemendikbudristek RI dan Budaya Saya. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh dengan mengakses festivalfilm.id.